Minggu, 10 November 2013

Ngagas ka Bali (Bagian ke-5)

Hari ke-5 (Senin, 4 November 2013)
Terbangun oleh suara seseorang yang menyuruh unutk bangun, guna melaksanakan sholat Shubuh. Tanpa ba bi bu, HI pun bergegas ke wc, ambil air wudlu, sholat sunnah, lalu berjamaa'h dengan seserang yang tadi. Dan kemudian, tanpa menunggu lama, langsung begegas membereskan barang-barang lalu kembali gas. Jalur yang akan ditempuh HI hari ini, berbeda dengan jalur pada waktu keberangkatan. Jika pada saat keberangkatan menuju Bali, HI memilih jalur utara (Nganjuk-Jombang-Pasuruan-Sidoarjo-Probolinggo-Situbondo-Ketapang), maka kali ini HI menggunakan jalur tengah (Banywangi-Jember-Lumajang-Dampit-Malang-Batu-Pare-Kediri-Nganjuk).

Pkl.04.15 WIB, HI mulai betot gas. Perlu diketahui, jalur yang akan dilalui belum pernah sama sekali HI melaluinya. Jadi, GPS benar-benar berguna. Sejak awal perjalan pun GPS memang sangat berguna. GPS disini bukan GPS dalam artian sebenarnya yaitu Global Positioning System, akan tetapi Global Positioning Sungut (mulut). Setiap kali HI kebingungan, maka mulut sangat berguna. Tanya sana, tanya sini, sms sana, sms sini, hehehehehe..

Sebelum memasuki Jember, terlebih dahulu HI harus melewati bukit Gumintir. Semalam, ketika sedang mampir di warung, HI sudah mendengar berbagai cerita sedikit horor di daerah ini. Mulai dari yang meninggal akibat dilindas truk, ada juga yang ditebas kakinya gara-gara dijambret, juga banyaknya 'bajing luncat' yang beraksi menjarah truk truk yang lewat ke bukit ini. Dan ketika melewati Gumintir, memang benar, suasananya sepi, tidak ada pemukiman sama sekali. Akan tetapi, ketika siang hari melewati Gumintir, pemandangan khas dari bukit menuju pemukiman lah yang di dapat. Dari bukit ini terlihat pemukiman penduduk Banyuwangi di sebelah timur juga penduduk Jember di sebelah Barat. Juga ada sebuah jembatan penghubung yang terlihat kokoh. Hi sempat jeprat-jepret di sini.

Melewati Gumintir ini terasa lama, karena memang sengaja HI tidak bejek gas guna menikmati keindahan alam sekitar Gumintir. Mengakhiri Gumintir, sudah terlihat tugu selamat datang di kota Jember. Tidak jauh dari sana HI menepi ke pom untuk mengisi bensin di KM 64274 (Banyu Biru, Bali-Jember = 121KM). Tank pun diisi Rp 20.200. Memasuki Lumajang, oleh penunjuk arah HI masuk ke pinggir sungai yang mengairi waduk Jatiroto. Entah benar ataukah salah jalur ini, ga peduli, yang penting sampai tujuan, hehehe. 

Masuk Kota Lumajang, kembali masuk pom di KM 64396 dengan diisi Rp 19.000 (Jember-Lumajang = 122KM). Sempat bertanya-tanya di pom, kalau arah ke Yogyakarta itu harus lewat mana. Oleh petugas pom, HI malah diarahkan balik lagi ke Probolinggo. Jadi, HI ganti pertanyaannya. Arah menuju malang lewat mana? Nah baru deh HI dapat petunjuk arah.

Keluar Kota Lumajang, HI dibingungkan oleh jalur. Rupanya, kembali salah ambil jalur. Yang dilewati malah jalur pinggiran, bukan jalur utama. HI menuju Selatan Lumajang lalu kembali ke Utara, dan kembali masuk jalur utama, hadeuhhhhh..... Setelah cek sms ke rekan member Bogor Blade Community, Bro April, HI diarahkan menuju Dampit, melewati kaki Gunung Semeru sebelah selatan. Dan benar saja, ketika memasuki arah Dampit, HI disuguhi pemandangan Gunung Semeru yang sedikit tertutup awan, lalu juga sedang mengeluarkan asap, Subhanalloh. Dan akhirnya ketemu juga dengan tugu perbatasan Kabupaten Malang.

Waktu 2011 di Pom Ngantang
Tidak perlu berlama-lama, masuk juga ke bunderan Kota Malang. Dari bunderan sana, oleh penunjuk arah diarahkan menuju Stadion Brawijaya, lalu ambul jalur Jatim Park, dan menuju Kota Batu. Nah, jika dari Batu terus menuju arah barat, Insyaalloh, meskipun remeng-remeng, HI hafal jalur. Karena, Desember 2011 HI pernah melalui jalur ini untuk menuju Probolinggo, tepatnya gunung Bromo (jauh nya, make kudu ka Malang heula). Dan benar saja, ketika memasuki waktu Dhuhur, HI langsung berinisiatif untuk sholat dan berisitirahat di pom yang dulu pernah disinggahi. Ga butuh waktu lama, akhirnya tiba di pom tersebut. Menepi, mandi, Sholat Dhuhur dan Jama' Ashar, tak lupa jajan baso khas Malang. Pom ini sekitar 1 jam sebelum masuk ke perbatasan Kediri. Tepatnya di Pom Ngantang KM  64557, tank diisi Rp 21.000. (Lumajang-1 Jam sebelum Kediri = 161KM). Serasa plong kalau sudah Jama' tuh, hehehe.

Gas lagi Pkl.14.10 WIB, tujuan selanjutnya masuk Kediri-Nganjuk-Ngawi-Sragen-Solo-Klaten dan berakhir di Yogyakarta. Memasuki Ngawi awal (dari timur), di KM 64697 menepi untuk masuk ke pom dan Rp 20.000 pun masuk ke tank (1 Jam sebelum Kediri-Ngawi awal = 140KM). Memasuki sebuah persimpangan di Kota Kediri, tepatnya Simpang Lima Gumul. Simpang Lima Gumul ini merupakan temapt bertemunya arus lalu lintas dari lima arah. Daria arah Kota Kediri, Pare, Pagu, Pesantren dan Gurah. Di Simpang Lima Gumul ini berdiri sebuah bangunan persegi empat yang megah, menjulang tinggi dan berukuran raksasa. HI jadi merasa kecil saat melewatinya. Kemegahan bangunan ini mirip dengan Monumen Arc de Triomphe yang terdapat di Paris, Prancis. HI pun tak lupa untuk mengabadikannya.

Tepat adzan maghrib, HI melewati gerbang perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah. Dan HI menepi untuk sembahyang Maghrib dan Isya sekitar 2KM dari perbatasan. Pkl.19.10 WIB, kembali melanjutkan perjalanan, memasuki Solo, terlihat banyak genangan air, rupanya habis hujan deras. Di Klaten, kembali menepi ke pom di KM 64832 Rp 18.500 pun masuk ke tank (Ngawi-Klaten = 135KM). Dan sekitar Pkl.22.00, setelah lampu merah Lanud, HI di jemput oleh Ketum JBC, Pa Budi. 

Kami berdua langsung menuju kostan salah satu member JBC, Rully di daerah ringroad tepatnya di Pugung. Maunya se lanngsung tidur pas datang, eh malah dieleg. Setelah habis nasi goreng satu bungkus, malah disuruh makan sebungkus lagi. Tradisi anak-anak JBC tuh emang kaya gitu, bagi yang ga kuat nolak, siap-siap untuk "mabok" "kamerkaan" hehehe.. Sekitar Pkl. 23.30 WIB, tanpa pamit sama rekan-rekan, HI pun terlelap, dan hari ke-5 pun berakhir, Alhamdulillah, Bismika...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar