Sabtu, 09 November 2013

Ngagas ka Bali (bagian ke-3)

Hari ke-3 (Sabtu, 2 November 2013)
Dini hari, tepatnya Pkl.02.00 (masih) WIB, HI dibangunkan oleh rekan sekamar, untuk bersiap-siap menuju pelabuhan. Baru kali ini, semenjak hobi touring menghinggap, ada rekan yang membangunkan HI untuk bergegas melanjutkan perjalanan pada dini hari. Biasanya, orang-orang yang touring itu paling pagi Pkl.07.00 baru melanjutkan perjalanan. Saluuttt!! Setelah berkemas, kami berempat (tiga motor) menuju Pelabuhan Ketapang. Rupanya, di sana sudah berkumpul pula rekan-rekan dari berbagai klub Suzuki yang akan menyebrang bersama-sama. Memasuki pintu masuk pelabuhan, HI mengantri dengan pengendara yang lain untuk mendapatkan tiket. Harga tiket penyebrangannya yakni Rp 19.000. Tiket pun didapat, HI bergegas ke tempat parkir menunggu giliran masuk ke kapal. 

Setelah kurang lebih setengah jam, akhirnya rombongan motor dipersilakan memasuki dek kapal penyebrangan. Kami menaiki kapal Trisala Bhakti I. Kapal menaikkan sauh Pkl. 03.39 (masih) WIB. dan kapal pun mulai berlayar. Di atas kapal, penuh sesak kebetulan ada rombongan peziarah yang sedang melakukan perjalanan menuju Bali. Kami sempat berbincang, dan mereka pun keheranan, kok bisa jauh-jauh pake motor sampai ke Bali? Memasuki waktu Indonesia Bagian Tengah, saatnya sembahyang Shubuh. HI langsung mencari mushola kapal. Ketika menemukan, kebetulan juga ada ibu-ibu yang mau berjamaah, ya HI lah yang menjadi imamnya, alhamdulillah. Selesai berjamaah shubuh, matahari pun terbit. HI sempat mengabadikan sunset di pagi hari itu. Tak berapa lama kapal pun bersandar di Pelabuhan Gilimanuk Pkl. 04.47 (masih menggunakan) WIB.

Satu persatu kendaraan, baik roda empat maupun roda dua mengantri keluar dek kapal. Kami rombongan motor langsung bergegas menuju depan terminal bus Gilimanuk sebelum melanjutkan perjalanan. Foto-foto dulu, sarapan. Setelah agak lama di sana, HI menanyakan pada rombongan Suzuki, ternyata mereka akan melanjutkan perjalanan nanti Pkl.10.00. Sekarang masih Pkl.07.00. masih lamaaaaaa.. Akhirnya HI melanjutkan perjalanan sendirian menuju Denpasar. 

Suasana sunset diambil dari atas Kapal
Di KM 63760 sekitar daerah Banyu Biru, HI menepi untuk ke Pom mengisi bensin. Alangkah terkejutnya ketika HI diberitahu oleh petugas pom bahwa bensin yang harus dibayar adalah sebesar Rp 24.000. Yang HI tahu, tank Blade jika dalam keadaan kosong, lalu diisi full, maka tidak akan lebih dari Rp 22.000. Padahal, waktu itu tank Blade tidak terlalu kosong, dan ampere bensin pun belum menyentuh huruf E. Yah sudahlah. HI menghampiri wc mushola untuk sekedar bersih-bersih badan dan kontak-kontak rekan orang Karangasem bahwa HI sudah berada di Bali. (Panarukan, Situbondo – Banyu Biru, Gilimanuk = 129KM).

 Perjalanan dilanjutkan, kali ini HI tak terlalu menggeber gas Blade, sengaja memang. Karena HI ingin menikmati jalur Gilimanuk-Denpasar yang menyusuri pantai selatan. Sepanjang jalan terlihat laut dan pantai, membuat HI ingin bergegas menghampiri lalu menyeburkan diri berenang di sana, hehehe. Sepajang perjalanan pula, HI dikagetkan oleh ulah orang-orang lokal dalam mengendarai sepeda motor. Rata-rata mereka tidak menggunakan helm. Baik pengendara ataupun yang dibonceng. Mereka, lelaki menggunakan semacam baju koko, dan kain sarung, perempuannya menggunakan kebaya dan kain sarung.

Yang lebih kaget lagi, banyak lelaki yang dibonceng, posisinya ngempol persis ibu-ibu ketika dibonceng. Ketika diperhatikan, lelaki yang dibonceng tersebut menggunakan kain sarung. Rupanya, Bali pada waktu itu sedang ada hari raya. Sepanjang perjalanan pula, banyak orang-orang lokal yang baru keluar dari tempat peribadatannya. Dan sepanjang perjalanan pula, HI mencium bau dupa yang bagi HI sendiri bau ini terasa asing, karena baru kali ini menciuminya. Enek rasanya kalau menciumnya, mana sepanjang jalan lagi baunya. Heu heu heu.

Memasuki daerah Jembrana, HI berhenti sejenak karena melihat spot yang bagus untuk sekedar jepret-jepret di pinggir pantai. Juga ketika melihat tugu perbatasan Jembrana, HI juga sempat berfoto. Ketika hendak melanjutkan perjalanan, HI melihat rombongan suzuki melintas. Akhirnya HI kembali bergabung dengan mereka hingga Denpasar. HI menanyakan tujuan mereka. Rombongan Suzuki Smash ini akan menuju ke Universitas Udayana, yang dijadikan tempat Jambore Shogun 8 dan Jambore Smash 7. HI rest sejenak dan tak lupa kembali jeprat-jepret. Sempat bertemu dengan member club smash Tasikmalaya. Mereka sempat terkejut ketika mengtahui bahwa HI riding ke Bali sendirian dan dalam rangka ikut testing CPNS. Dan kita bercengkrama dengan menggunakan bahasa Sunda. HI tidak lama di sana, pamit untuk pergi ke Denpasar, tepatnya di Sesetan. Ke Sesetan, HI bermaksud menemui rekan member FSRC (Satria FU) Ciamis yang kebetulan ikut Jambore Satria. Sebelum masuk arena acara, HI menepi ke pom bensin di KM 63891 dan Rp 18.000 masuk ke tank Blade. 

Alhamdulillah, pas masuk arena acara, ketemu juga sama orang satu rumpun, Ciamis. Walau tadi di Udayana sebenarnya sudah bertemu dengan orang Tasik. HI juga ikut registrasi dan mendapatkan rompi serta pin acara. Namun, pas mau ikut rolling keliling Denpasar, HI dilarang ikut karena yang rolling hanyalah jenis motor Suzuki, terutama Satria. Tak lama di sana, HI langsung bergegas ke tujuan sebenarnya yakni Karangasem, waktu menunjukan Pkl.15.00 WITA. Setelah bertanya di sana dan di sini, akhirnya HI menemukan jalan menuju Karangasem, yakni melalui jalan besar 4 jalur melewati Klungkung dan menuju arah Padang Bai. Jika ingin merasakan mengendarai motor masuk jalan tol, di sini lah tempatnya. jalur sebelah kiri dari Denpasar menuju Karangasem menggunakan aspal curah. Sementara, dari arah Karangasem menuju Denpasara lajur sebelah kanan menggunakan aspal beton. Kalau di Jawa Barat mungkin mirip jalan Soekarno-Hatta.

Sepanjang jalan Denpasar menuju Klungkung, bahkan sudah masuk ke Karangasem, HI tidak menemukan mesjid ataupun mushola yang berada di pom bensin. Padahal waktu itu, HI belum melaksanakan sholat Dhuhur dan Ashar. Sementara waktu sudah menunjukan Pkl 17.00 WITA. Dan memasuki daerah Karangasem, tepatnya di Kecamatan Manggis, Alhamdulillah HI menemukan rambu-rambu lalu lintas berupa gambar mesjid berjarak 50m. HI sempat kebingungan, rambu tersebut berada di sisi kanan jalan, apakah 50m ke arah depan ataukah ke arah belakang. 

Akhirnya setelah ditelusuri, ternyata ke arah belakang, juga masuk lagi skitar 50m. Ketika sampai di sana, HI menayakan apakah di dalam terdapat sarung atu tidak, betapa terkejutnya ketika mendapat jawaban dari penduduk setempat menggunakan bahasa Sunda "Aya sarung mah di lebet, mangga candak we". HI melaksanakan sholat dulu Ashar dan Jama' Dhuhur. 

Setelah beribadah, barulah HI menemukan jawaban kenapa mereka bisa menggunakan bahasa Sunda. Ternyata mereka asli orang Tasikmalaya, tepatnya Kecamatan Salopa. Alhasil HI ingin berlama-lama di sana menikmati suasana khas Sunda yang selama tiga hari terakhir tidak HI temukan. Dengan mendengarkan berbagai kisah dari penduduk setempat, bagaimana mereka bisa berada di Bali, sudah berapa lama mereka di Bali, usaha apa yang dikerjakan selama mereka di Bali. Seru sungguh seru mendengarkan kisah mereka.

Memasuki waktu Maghrib, HI berjamaah dengan penduduk setempat. Sehabis Maghrib, HI memperhatikan anak-anak seusia PAUD sampai SD mengaji, menghafal Al-Quran, sesuatu yang kemungkinan akan jarang ditemukan ketika kita berada di Bali. Isya pun tiba, HI pun berjamaah kembali. Selepas Isya, HI berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Namun, sebelum berangkat HI dijamu terlebih dahulu di rumah Bp.Yaya Sutarya untuk sekedar makan malam. Dan obrolan pun kembali mengalir seputar kesuksesan usaha beliau sampai saat ini yang terbilang sukses mampu bertahan hidup di Bali selama 25 tahun.

Izin pamit, terima kasih untuk keluarga Bp.Yaya. Setengah jam lagi memasuki Karangasem. Dan akhirnya sampai juga. Jalanan sepanjang Kabupaten Karangasem sangat sempit ketika mobil Avanza berpapasan pun tidak bisa dalam kondisi kencang, saking sempitnya jalan, juga karena sepanjang jalan itu persis 50cm di pinggir jalan ditumbuhi pepohonan rindang. Alhasil, jalanan mirip memasuki sebuah goa dengan jalanan mulus berkhotmix. 

Setelah menunggu sebentar, akhirnya rekan yang sejak beberpa hari terakhir terjalin kontek-kontekan, kini bisa bertatap muka. Adalah Sist Marlina, member VIBER Karangasem. Lina begitu ia disapa, tidak sendirian. Ia bersama member VIBER Sukaraja, Ngurah yang juga ikut testing CPNS jurusan PGSD. Tidak menunggu lama, kita berempat pun diantar menuju tempat penginapan. Sesampainya penginapan, Lina izin pamit pulang. Ngurah beserta rekan lalu saya langsung menuju kamar penginapan. Penginapannya tepat di pinggir tempat peribadatan umat Hindu, Pura. Tak lupa sebelum tidur, HI menayakan arah, barat terutama. Persiapan untuk nanti pagi sholat Shubuh. Dan Hari ketiga perjalanan pun berakhir di Karang Asem. Bismika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar