Jumat, 05 Juli 2013

Bismillahirrohmanirrohim ..... Resign...

Proses mengundurkan diri mungkin merupakan salah satu proses yang dapat terjadi atau dialami oleh siapa pun. Pengunduran diri dari perusahaan tempat bekerja, mengundurkan diri dari kepengurusan organisasi, dan ada peristiwa penting di tahun 1998, Soeharto mengundurkan diri dari kursi Presiden RI. Memang, ada kemungkinan seseorang bekerja, mengabdikan diri hanya pada suatu perusahaan atau organisasi sampai ia pensiun. Namun, hal tersebut sangatlah jarang terjadi. Memang keputusan untuk mengundurkan diri adalah hak setiap karyawan, anggota organiasi, bahkan ketua sebuah organiasasi atau lembaga tertentu. Namun, bagi perusahaan atau organisasi tertentu, seringkali kehilangan karyawan atau anggota akan kerepotan. Apalagi, bila karyawan atau anggota tersebut merupakan pribadi potensial. Maka ketika mengundurkan diri, harus dengan elegan, dengan gagah, dan mendapat reputasi baik di lembaga yang kita tinggalkan. Dengan demikian, Anda masih bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang kita tinggalkan.

Kali ini, saya akan lebih fokus di organisasi. Di dalam organisasi, tidak menutup kemungkinan adanya sebuah konflik. Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, antara lain:
  1. Suatu situasi di mana tujuan-tujuan tidak sesuai.
  2. Keberadaan perlatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai.
  3. Suatu masalah ketidaktepatan status.
  4. Perbedaan presepsi.
Di dalam organisasi, ada juga konflik struktural yang klasik, dan sering terjadi, diantaranya:
  1. Konflik hirarkis, yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
  2. Konflik fungsional, yaitu konflik antara berbagai departemen funsional organisasi.
  3. Konflik lini-staf, yaitu konflik antara lini dan staf.
  4. Konflik formal-informal, yaitu konflik antara organisasi formal dan informal. 

Namun, konflik juga sebenarnya memiliki peranan dalam organisasi yang melalui berbagai pendekatan, dapat mengarahkan organisasi menjadi lebih maju. Secara tradisional, pendekatan konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan sebagai berikut:
  1. Konflik menurut definisinya dapat dihindarkan.
  2. Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau, dan primadona.
  3. Bentuk-bentuk wewenang legalistik seperti 'berjalan melalui saluran-saluran' atau berpegang pada aturan'.
Dan hasilnya berupa serangkaian anggpan baru tentang konflik yang hampir persis berlawanan dengan anggapan-anggapan tradisional:
  1. Konflik tidak dapat dihindarkan
  2. Konflik ditentukan oleh faktor-faktor struktural seperti bentuk fisik suatu bangunan, desain struktur karier, atau sifat sistem kelas.
  3. Konflik adalah bagian integral sifat perubahan.
  4. Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi dalam berbagai derajat.
  5. Tingkat konflik minimal adalah optimis.
Itu mungkin sedikit penjelasan mengapa ada orang yang ingin mengundurkan diri. Begitupun saya. Ada beberapa konflik dalam diri saya, yang mengharuskan saya untuk mengundurkan diri dari jabatan ketua umum di satu organisasi. Tidak mungkin untuk ditulis secara mendetail kenapa saya harus mengambil keputusan ini. Karena nantinya akan bersinggungan dengan hal yang sangat sensitif. Mudah-mudahan, ke depan, pimpinan organisasi yang dulunya diemban oleh saya. Karena memang menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah.

Panutan kita, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dalam memimpin, selalu mengawali dengan memimpin dirinya sendiri. Beliau pimpin matanya sehingga tidak melihat apa pun yang akan membusukkan hatinya. Rasulullah SAW. memimpin tutur katnya sehingga tidak pernah berbicara kecuali kata-kata benar, indah, dan padat akan makna. Rasulullah pun memimpin nafsunya, keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik, sehingga beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil terbaik pula. 

Rasulullah SAW. memperlihatkan kepemimpinannya tidak dengan banyak menyuruh atau melarang. Beliau memimpin dengan suri tauldan yang baik. Maka pantaslah jikal;au keteladannya diabadikan dalam Al-Quran, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Q.S. Al-Ahzab: 21). Dalam kehidupannya, Rasulullah SAW. sebabtiasa melakukan terlebih dahulu apa yang akan ia perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting, karena sehebat apa pun yang kita katakan tidak akan berharga kecuali perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum melarang dirinya sendiri. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini kebenarannya. 

Kepemimpinan Rasulullah SAW. tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi beliau memimpin dengan kalbunya. Hati tidak akan pernah bisa disentuh kecuali dengan hati lagi. Dengan demikian, yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah hati nurani, karena itulah yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Rasulullah SAW. menabur cinta kepada sahabatnya sehingga setiap orang bisa merasakan tatapannya dengan penuh kasih sayang, tutur katanya yang rahmatan lil alamiin, dan perilakunya yang amat menawan. Seorang pemimpin yang hatinya hidup akan selalu merindukan kebaikan, keselamatan, kebahagiaan bagi yang dipimpinnya.

Mungkin terlalu besar kalu kita berpikir bagaimana mengubah bangsa. Untuk itu, marilah kita berpikir bagaimana kita bisa memimpin diri kita sendiri. Minimal, jangan biarkan kita menjadi hina karena mata yang tidak terjaga atau karena tutur kata yang penuh kesombongan. Marilah kita tundukkan hati dan maknai hidup dengan berkhidmat kepada orang lain, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. 

Mungkin, hal tersebutlah yang mendasari saya mengundurkan diri. Alasan prinsipil, menjadi wajib untuk ditegakkan ketika ada sebagian yang tidak sesuai dengan yang seharusnya menurut aturan tertentu. 

Alhamdulillah, tarima kasih saya ucapkan yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah memberikan kepercayaanya kepada saya untuk memimpin organisasi ini selama kurang lebih satu tahun. Dan, mohon maaf apabila tindak tanduk, dan perilaku saya ketika memimpin organisasi ini, ada yang kurang berkenan dengan kehendak. Saya tidak akan begitu saja meninggalkannya. Ada tanggung jawab moral yang harus saya pertahankan.

Hatur nuhun ahhhh...


*rujukan materi tulisan diambil dari beberapa sumber...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar