Bulan Juni, bulan malas nulis, hehehe... Sekalinya nulis, itu juga mau mosting hasil karya salah satu murid yang sudah saya suruh untuk membuat cerita pendek sebagai tugas praktik Ujian Kenaikan Kelas. Kenapa Saya naikan cerpen ini ke postingan di blog Saya, karena di cerpen tersebut, ada Saya masuk ke dalam jalannya cerita. Ceritanya sederhana, namun sedikit menggugah kita, untuk tahu bahwa memang kita harus menghormati segala keputusan orang tua, walau memang berat untuk kita lakukan. Orang tua tau apa yang terbaik bagi anaknya. Bagaimana cerita tersebut? Mari kita simak bersama...........
AKU
Oleh:
Qowi Maulani Muzzamil
Diusiaku
yang mau mengijak ke 16 tahun ini aku akan masuk sekolah SMA yang diinginkan
ayahku, aku tidak pernah menginginkan semua ini terjadi. Berat rasanya bagiku
meninggalkan orang-orang yang aku sayangi dan kampung halamanku. Padahal aku
sudah mendaftar disekolah yang aku inginkan sejak lama, akupun bersusah payah
untuk bisa masuk ke sekolah yang aku inginkan itu. Aku mengikuti semua tes-tes
dan prosedur-prosedur disekolah itu hingga akhirnya alhamdulillah aku “diterima”,
akupun pulang ke rumah ibuku dulu dengan rasa bangga dan membawa surat dari
sekolah itu, sesampainya dirumah akupun memberitahu kepada ibuku. Ibuku merasa
bangga dengan apa yang telah aku perjuangkan karena aku bisa mencapai apa yang
aku inginkan, dan ibuku pun mendukung semua itu. Namun setelah aku pulang dari
rumah ibuku dan langsung menuju rumah ayah, ayahku berkata lain, dia malah
melarangku bersekolah di sekolah yang aku inginkan itu, karena ayahku sudah
mempunyai tujuan untuk memasukkanku ke sekolah yang dia inginkan, sehingga
terjadi perdebatan antara kami berdua,
“kupikir
ayah akan bangga dengan apa yang aku dapat!” ucapku pada ayah.
“memang
ayah bangga dengan apa yang kamu dapat, tapi ayah sudah memilih sekolah yang
lebih baik untukmu.” Jawab ayah dengan nada tinggi.
“ya
sudah terserah ayah!” kataku sambil pergi dan menahan tangis.
Akupun pergi menuju rumah ibuku lagi
karena memang kedua orang tuaku telah berpisah sejak aku menginjak bangku SMP,
aku menceritakan semuanya pada ibuku sampai aku meneteskan air mata, karena aku
tak kuat menahan semua rasa kecewa itu. Namun ibu juga tidak bisa berbuat
apa-apa, dia hanya bisa mendukung apa yang terbaik buat aku saja, karena memang
aku dibiayai oleh ayah bukan ibu, ibu hanya berkata “turuti saja apa mau
ayahmu, karena mungkin itu juga untuk kebaikanmu nak”
Aku
hanya bisa terdiam dengan ucapan ibu itu. Setelah lama aku bercerita akupun
pergi untuk menenangkan pikiran dan perasaanku sejenak, hingga akupun mulai
merasa capek dengan semua itu. Memang aku daftar dan mengikuti tes itu tidak
memberi tahu ayahku karena aku tahu pasti aku tidak akan dikasih sepeserpun
uang untuk daftar ke sekolah yang aku inginkan itu. Hingga akhirnya aku memakai
uang jajanku sendiri untuk semua itu, namun hasilnya sia-sia dan membuatku
kecewa.
Setelah beberapa hari aku tidak
berbicara dengan ayahku, namun akhirnya dia pun menyuruhku untuk mengisi
formulir dari sekolah yang dia inginkan, setelah aku melihatnya ternyata ayahku
memasukkanku ke sebuah pesantren yang berada di Ciamis dan namanya pun baru aku
dengar karena sebelumnya aku tidak tahu. Sungguh aku tidak pernah menginginkan
semua itu, semua itu bagaikan mimpi buruk di hidupku, hatiku pun menolak semua
itu. Tapi apa boleh buat, jika aku tidak mengikuti keinginan ayahku, aku tidak
akan bisa meneruskan sekolah karena ayah mengancamku, kalau aku tidak sekolah
di Ciamis ayah tidak akan menyekolahkanku dimana pun.
Waktu terus berjalan, akupun
memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang dan bermain bersama orang yang aku
sayangi dan teman-temanku hingga pada akhirnya waktu yang tidak pernah aku
inginkan dalam hidupku telah tiba, yaitu waktu dimana aku harus meninggalkan
mereka dan memulai kehidupan baru yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Pada tanggal 16 Juli 2012 hari minggu akupun pergi menuju tempat itu,
diperjalanan pun hatiku merasa tidak tenang hingga tanpa aku sadari aku telah
sampai ditempat tujuan ayahku. Sesampainya disana aku dan ayah menuju ruang
pendaftaran dan membayar lunas administrasi di sekolah ini.
Aku menuju kamar yang akan menjadi
tempat tidurku di sini, hingga aku berkenalan dengan teman-teman baru dan aku pun membereskan lemari yang akan
menjadi tempat baju-bajuku. Setelah membereskan baju, aku dan ayah pun pergi
menuju tempat makan untuk makan malam bersama denganku. Sesudah selesai makan
aku kembali menuju kamar dan saat ayah pamit pulang entah kenapa aku merasa sedih,
dan tanpa aku sadari akupun langsung meneteskan air mataku, hingga sampai malam
akupun tidak berhenti menangis, tapi ayah tetap menahanku untuk tinggal disini,
hingga ayah pulang dan pergi meninggalkan aku di malam itu, betapa cengengnya
aku saat itu.
Keesokan harinya aku bangun pagi
sekali dan mandi, setelah itu aku berangkat ke mesjid bersama teman-teman.
Pulang dari mesjid aku dan teman-teman siap-siap untuk menuju sekolah dan mulai
melakukan kegiatan MOPD yang pertama, disana aku berkenalan dengan teman
baruku.
“hei,
nama kamu siapa ?” tanya salah seorang siswi yang tidak aku kenal.
“namaku
Qowi, kalau nama kamu siapa ?” jawabku.
“aku
Nafiah, kamu dari mana ?”
“aku
dari Bandung, dan kamu ?”
“aku
dari Brebes, kamu mau kemana?”
“aku
mau pergi ke lapangan”
“oh,
kalau begitu mari kita ke lapangan bersama” jawab dia.
Setelah kami berkenalan, kami pun
bersama-sama menuju lapangan. Hari pertama MOPD di sekolah ini sangat
membosankan dan tidak seru, hingga akupun memasang wajah cemberut dan jutek.
Setelah beberapa hari melakukan MOPD aku pun masuk sekolah seperti yang
lainnya, sungguh aku merasa aneh karena aku merasa kenapa sekolah ini begitu
sedikit muridnya dan kelasnya. Waktu terus berjalan, aku mengikuti pembelajaran di sini dengan wajah yang selalu cemberut dan
jutek, hingga akupun dibilang cewe yang paling jutek oleh kakak kelasku, tidak
hanya cewek, kakak kelas cowok aku juga paling banyak yang bilang aku paling
jutek dan sombong di sekolah. Tapi masa bodoh aku tidak memikirkan semua itu,
karena beginilah aku jika aku tidak suka dengan sesuatu pasti aku kelihatan
jutek dan sombong tak pernah bisa memberikan senyum meskipun aku mengenal
teman-teman sekelasku. Hingga sudah beberapa bulan disini aku semakin merasa
malas, ke sekolah pun aku jarang masuk pelajaran. Aku selalu meminta kepada
ayah untuk memindahkan aku dari sekolah ini, tapi ayah bilang selama setahun
aku harus mencoba dulu disini, mungkin akhir semester II aku akan pindah dari
sini, tapi semoga saja semua itu tidak bohong.
Beberapa bulan kemudian aku
mengikuti kegiatan sekolah yang terus-terusan begitu tanpa ada perubahan
apapun, dan pada suatu hari disekolah pun mengadakan kegiatan pelantikan
BANTARA yang memang sudah menjadi tradisi setiap tahun disekolah ini untuk
mengadakan kegiatan BANTARA dan semua
siswa-siswi di sekolah pun wajib mengikutinya. Pertama memang aku ingin sekali
mengikutinya karena dari sejak aku duduk di sekolah dasar aku selalu mengikuti
kegiatan kepramukaan dan mungkin karena dulu ayahku juga seorang pembina
pramuka, jadi tidak salah kalau aku pun suka dengan pramuka, hingga akupun bisa
menjadi danton terbaik saat itu. Namun setelah dipikir-pikir rasanya aku jadi
malas karena kakak kelasnya yang pada belagu-belagu. Hingga pada tanggal 10-12
April kegiatan Bantara dilaksanakan, rasanya males banget sampai pada akhirnya
kegiatan pun berlangsung. Pada saat kegiatan di mulai sungguh tidak ada hal
yang aneh yang bisa aku dapat dan pelajari saat perjalanan ataupun saat sidang.
Aku hanya melihat kakak kelas yang sedang mojok saja bersama
pasangan-pasangannya yang sedang menjaga pos, hingga teman-temanpun banyak yang
berkomentar.
“kenapa
iya kok kakak kelasnya pada gak bisa jaga omongannya sendiri, waktu pertama
mereka bilang kita semua tidak boleh mencari kesempatan dengan lelaki, tapi
kenapa merekanya sendiri malah begitu” ucap salah seorang teman sanggaku.
“iya,
ada yang lagi ngerokok segala lagi. Emang itu pantes iya kita tiru?” tambah
satu orang lagi temanku.
“iya
sudahlah lagian percuma kalau kita bicarain mereka juga, tidak akan ada
gunanya, sekarang lebih baik kita terus berjalan dan mengakhiri perjalanan ini”
ucapku pada mereka sambil berjalan.
“iya
sudahlah mari kita lanjutkan semua ini” balas teman-temanku.
Kegiatan demi kegiatan aku ikuti
dengan berat hati, kalau saja kakak kelasnya tidak begitu mungkin aku juga bisa
menikmati kegiatan ini dengan nyaman. Namun setelah sidang dan aku mengikuti
kegiatan ini tanpa melanggar aku hanya mendapatkan sebuah kekecewaan, aku di
“TANGGUHKAN” menjadi seorang bantara. Betapa kecewanya aku dan teman-temanku
yang lainnya juga, namun iya mungkin ini memang sudah menjadi keputusan mereka
semua, tapi semua itu tidak akan pernah aku lupakan begitu saja, karena baru
pertama kali itu aku kecewa dengan organisasi yang aku senangi. Mungkin mereka
menjadikan semua ini ajang balas dendam atau juga mereka mempunyai masalah
denganku. Aku tidak tau mereka membenciku karena apa, yang pasti waktu itu aku
hanya punya masalah dengan salah seorang cewek kakak kelasku disekolah, mungkin
masalahnya sepele, tapi entahlah mungkin dia sudah terlanjur tidak suka dengan
aku.
Rasa kecewa pun aku simpan dan
pendam, tapi aku membicarakan semua unek-unek dan rasa kecewa itu kepada
pembina pramuka di sekolah, hingga aku tidak pernah bertanya dan mlah menjauh
dari pembina itupun yang sekaligus guru Bahasa Indonesia di kelasku. Tapi
setelah beberapa hari aku dan guruku itupun kembali seperti biasanya, meskipun
memang aku takkan bisa melupakan semua kejadian itu disekolah ini sampai kapanpun,
karena memang itu yang pertama aku rasakan setelah sekian lama aku tinggal dan
mengikuti kegiatan pramuka disekolah ini. Setelah kegiatan itu berlalu, hari
demi haripun aku mencoba kembali lagi seperti biasanya, hingga semua juga
bejalan seperti biasanya.
Singkat cerita, sekarang aku tidak
sabar menghadapi ujian kenaikan kelas, karena aku tidak sabar juga untuk pindah
dari sekolah ini. Keinginan itu masih saja ada pada diriku dan tidak akan
mungkin hilang, namun entahlah ayah belum memastikan kembali tentang semua
rencana perpindahan sekolah untukku. Sekarang aku hanya tinggal menunggu untuk
beberapa minggu lagi, karena sekarang ujian praktek kenaikan kelaspun aku
hadapi , hingga cerita ini pun aku buat untuk memenuhi salah satu tugas dari
gururku. Dan semoga saja aku benar-benar bisa pindah dan mengakhiri semua
kehidupan yang aku jalani disini. Amiiinn..
******
Mungkin
hanya itu pak yang dapat saya ceritakan, untuk kelanjutannya lihat saja nanti
pak akhir semester, apakah saya pindah atau tidak, yang jelas sayapun tidak tau
akhirnya akan bagaimana. Semua yang saya tulis dengan singkat ini memang
benar-benar cerita kehidupan saya yang nyata, saya berterima kasih kepada bapak
yang selalu baik kepada saya dan terima kasih juga sudah meminjamkan laptopnya
kepada saya untuk menuliskan semua cerita ini. Saya mohon maaf kepada bapak
apabila selama ini saya selalu melakukan kesalahan kepada bapak , baik dalam
ucapan maupun perbuatan saya. Sekali lagi saya minta maaf iya pak, semoga bapak bisa memaafkan saya J
Makasih
Bapak Ilan Ridwan Mubarok S.Pd J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar