Selasa, 18 Juni 2013

Posting Salah Satu Cerpen dari Murid Ahhhh....

Bismillah..
Bulan Juni, bulan malas nulis, hehehe... Sekalinya nulis, itu juga mau mosting hasil karya salah satu murid yang sudah saya suruh untuk membuat cerita pendek sebagai tugas praktik Ujian Kenaikan Kelas. Kenapa Saya naikan cerpen ini ke postingan di blog Saya, karena di cerpen tersebut, ada Saya masuk ke dalam jalannya cerita. Ceritanya sederhana, namun sedikit menggugah kita, untuk tahu bahwa memang kita harus menghormati segala keputusan orang tua, walau memang berat untuk kita lakukan. Orang tua tau apa yang terbaik bagi anaknya. Bagaimana cerita tersebut? Mari kita simak bersama...........


AKU
Oleh: Qowi Maulani Muzzamil

Diusiaku yang mau mengijak ke 16 tahun ini aku akan masuk sekolah SMA yang diinginkan ayahku, aku tidak pernah menginginkan semua ini terjadi. Berat rasanya bagiku meninggalkan orang-orang yang aku sayangi dan kampung halamanku. Padahal aku sudah mendaftar disekolah yang aku inginkan sejak lama, akupun bersusah payah untuk bisa masuk ke sekolah yang aku inginkan itu. Aku mengikuti semua tes-tes dan prosedur-prosedur disekolah itu hingga akhirnya alhamdulillah aku “diterima”, akupun pulang ke rumah ibuku dulu dengan rasa bangga dan membawa surat dari sekolah itu, sesampainya dirumah akupun memberitahu kepada ibuku. Ibuku merasa bangga dengan apa yang telah aku perjuangkan karena aku bisa mencapai apa yang aku inginkan, dan ibuku pun mendukung semua itu. Namun setelah aku pulang dari rumah ibuku dan langsung menuju rumah ayah, ayahku berkata lain, dia malah melarangku bersekolah di sekolah yang aku inginkan itu, karena ayahku sudah mempunyai tujuan untuk memasukkanku ke sekolah yang dia inginkan, sehingga terjadi perdebatan antara kami berdua,
“kupikir ayah akan bangga dengan apa yang aku dapat!” ucapku pada ayah.
“memang ayah bangga dengan apa yang kamu dapat, tapi ayah sudah memilih sekolah yang lebih baik untukmu.” Jawab ayah dengan nada tinggi.
“ya sudah terserah ayah!” kataku sambil pergi dan menahan tangis.
            Akupun pergi menuju rumah ibuku lagi karena memang kedua orang tuaku telah berpisah sejak aku menginjak bangku SMP, aku menceritakan semuanya pada ibuku sampai aku meneteskan air mata, karena aku tak kuat menahan semua rasa kecewa itu. Namun ibu juga tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mendukung apa yang terbaik buat aku saja, karena memang aku dibiayai oleh ayah bukan ibu, ibu hanya berkata “turuti saja apa mau ayahmu, karena mungkin itu juga untuk kebaikanmu nak”
Aku hanya bisa terdiam dengan ucapan ibu itu. Setelah lama aku bercerita akupun pergi untuk menenangkan pikiran dan perasaanku sejenak, hingga akupun mulai merasa capek dengan semua itu. Memang aku daftar dan mengikuti tes itu tidak memberi tahu ayahku karena aku tahu pasti aku tidak akan dikasih sepeserpun uang untuk daftar ke sekolah yang aku inginkan itu. Hingga akhirnya aku memakai uang jajanku sendiri untuk semua itu, namun hasilnya sia-sia dan membuatku kecewa.
            Setelah beberapa hari aku tidak berbicara dengan ayahku, namun akhirnya dia pun menyuruhku untuk mengisi formulir dari sekolah yang dia inginkan, setelah aku melihatnya ternyata ayahku memasukkanku ke sebuah pesantren yang berada di Ciamis dan namanya pun baru aku dengar karena sebelumnya aku tidak tahu. Sungguh aku tidak pernah menginginkan semua itu, semua itu bagaikan mimpi buruk di hidupku, hatiku pun menolak semua itu. Tapi apa boleh buat, jika aku tidak mengikuti keinginan ayahku, aku tidak akan bisa meneruskan sekolah karena ayah mengancamku, kalau aku tidak sekolah di Ciamis ayah tidak akan menyekolahkanku dimana pun.
            Waktu terus berjalan, akupun memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang dan bermain bersama orang yang aku sayangi dan teman-temanku hingga pada akhirnya waktu yang tidak pernah aku inginkan dalam hidupku telah tiba, yaitu waktu dimana aku harus meninggalkan mereka dan memulai kehidupan baru yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pada tanggal 16 Juli 2012 hari minggu akupun pergi menuju tempat itu, diperjalanan pun hatiku merasa tidak tenang hingga tanpa aku sadari aku telah sampai ditempat tujuan ayahku. Sesampainya disana aku dan ayah menuju ruang pendaftaran dan membayar lunas administrasi di sekolah ini.
            Aku menuju kamar yang akan menjadi tempat tidurku di sini, hingga aku berkenalan dengan teman-teman baru  dan aku pun membereskan lemari yang akan menjadi tempat baju-bajuku. Setelah membereskan baju, aku dan ayah pun pergi menuju tempat makan untuk makan malam bersama denganku. Sesudah selesai makan aku kembali menuju kamar dan saat ayah pamit pulang entah kenapa aku merasa sedih, dan tanpa aku sadari akupun langsung meneteskan air mataku, hingga sampai malam akupun tidak berhenti menangis, tapi ayah tetap menahanku untuk tinggal disini, hingga ayah pulang dan pergi meninggalkan aku di malam itu, betapa cengengnya aku saat itu.
            Keesokan harinya aku bangun pagi sekali dan mandi, setelah itu aku berangkat ke mesjid bersama teman-teman. Pulang dari mesjid aku dan teman-teman siap-siap untuk menuju sekolah dan mulai melakukan kegiatan MOPD yang pertama, disana aku berkenalan dengan teman baruku.
“hei, nama kamu siapa ?” tanya salah seorang siswi yang tidak aku kenal.
“namaku Qowi, kalau nama kamu siapa ?” jawabku.
“aku Nafiah, kamu dari mana ?”
“aku dari Bandung, dan kamu ?”
“aku dari Brebes, kamu mau kemana?”
“aku mau pergi ke lapangan”
“oh, kalau begitu mari kita ke lapangan bersama” jawab dia.
            Setelah kami berkenalan, kami pun bersama-sama menuju lapangan. Hari pertama MOPD di sekolah ini sangat membosankan dan tidak seru, hingga akupun memasang wajah cemberut dan jutek. Setelah beberapa hari melakukan MOPD aku pun masuk sekolah seperti yang lainnya, sungguh aku merasa aneh karena aku merasa kenapa sekolah ini begitu sedikit muridnya dan kelasnya. Waktu terus berjalan, aku mengikuti pembelajaran  di sini dengan wajah yang selalu cemberut dan jutek, hingga akupun dibilang cewe yang paling jutek oleh kakak kelasku, tidak hanya cewek, kakak kelas cowok aku juga paling banyak yang bilang aku paling jutek dan sombong di sekolah. Tapi masa bodoh aku tidak memikirkan semua itu, karena beginilah aku jika aku tidak suka dengan sesuatu pasti aku kelihatan jutek dan sombong tak pernah bisa memberikan senyum meskipun aku mengenal teman-teman sekelasku. Hingga sudah beberapa bulan disini aku semakin merasa malas, ke sekolah pun aku jarang masuk pelajaran. Aku selalu meminta kepada ayah untuk memindahkan aku dari sekolah ini, tapi ayah bilang selama setahun aku harus mencoba dulu disini, mungkin akhir semester II aku akan pindah dari sini, tapi semoga saja semua itu tidak bohong.
            Beberapa bulan kemudian aku mengikuti kegiatan sekolah yang terus-terusan begitu tanpa ada perubahan apapun, dan pada suatu hari disekolah pun mengadakan kegiatan pelantikan BANTARA yang memang sudah menjadi tradisi setiap tahun disekolah ini untuk mengadakan kegiatan BANTARA  dan semua siswa-siswi di sekolah pun wajib mengikutinya. Pertama memang aku ingin sekali mengikutinya karena dari sejak aku duduk di sekolah dasar aku selalu mengikuti kegiatan kepramukaan dan mungkin karena dulu ayahku juga seorang pembina pramuka, jadi tidak salah kalau aku pun suka dengan pramuka, hingga akupun bisa menjadi danton terbaik saat itu. Namun setelah dipikir-pikir rasanya aku jadi malas karena kakak kelasnya yang pada belagu-belagu. Hingga pada tanggal 10-12 April kegiatan Bantara dilaksanakan, rasanya males banget sampai pada akhirnya kegiatan pun berlangsung. Pada saat kegiatan di mulai sungguh tidak ada hal yang aneh yang bisa aku dapat dan pelajari saat perjalanan ataupun saat sidang. Aku hanya melihat kakak kelas yang sedang mojok saja bersama pasangan-pasangannya yang sedang menjaga pos, hingga teman-temanpun banyak yang berkomentar.
“kenapa iya kok kakak kelasnya pada gak bisa jaga omongannya sendiri, waktu pertama mereka bilang kita semua tidak boleh mencari kesempatan dengan lelaki, tapi kenapa merekanya sendiri malah begitu” ucap salah seorang teman sanggaku.
“iya, ada yang lagi ngerokok segala lagi. Emang itu pantes iya kita tiru?” tambah satu orang lagi temanku.
“iya sudahlah lagian percuma kalau kita bicarain mereka juga, tidak akan ada gunanya, sekarang lebih baik kita terus berjalan dan mengakhiri perjalanan ini” ucapku pada mereka sambil berjalan.
“iya sudahlah mari kita lanjutkan semua ini” balas teman-temanku.
            Kegiatan demi kegiatan aku ikuti dengan berat hati, kalau saja kakak kelasnya tidak begitu mungkin aku juga bisa menikmati kegiatan ini dengan nyaman. Namun setelah sidang dan aku mengikuti kegiatan ini tanpa melanggar aku hanya mendapatkan sebuah kekecewaan, aku di “TANGGUHKAN” menjadi seorang bantara. Betapa kecewanya aku dan teman-temanku yang lainnya juga, namun iya mungkin ini memang sudah menjadi keputusan mereka semua, tapi semua itu tidak akan pernah aku lupakan begitu saja, karena baru pertama kali itu aku kecewa dengan organisasi yang aku senangi. Mungkin mereka menjadikan semua ini ajang balas dendam atau juga mereka mempunyai masalah denganku. Aku tidak tau mereka membenciku karena apa, yang pasti waktu itu aku hanya punya masalah dengan salah seorang cewek kakak kelasku disekolah, mungkin masalahnya sepele, tapi entahlah mungkin dia sudah terlanjur tidak suka dengan aku.
            Rasa kecewa pun aku simpan dan pendam, tapi aku membicarakan semua unek-unek dan rasa kecewa itu kepada pembina pramuka di sekolah, hingga aku tidak pernah bertanya dan mlah menjauh dari pembina itupun yang sekaligus guru Bahasa Indonesia di kelasku. Tapi setelah beberapa hari aku dan guruku itupun kembali seperti biasanya, meskipun memang aku takkan bisa melupakan semua kejadian itu disekolah ini sampai kapanpun, karena memang itu yang pertama aku rasakan setelah sekian lama aku tinggal dan mengikuti kegiatan pramuka disekolah ini. Setelah kegiatan itu berlalu, hari demi haripun aku mencoba kembali lagi seperti biasanya, hingga semua juga bejalan seperti biasanya.
            Singkat cerita, sekarang aku tidak sabar menghadapi ujian kenaikan kelas, karena aku tidak sabar juga untuk pindah dari sekolah ini. Keinginan itu masih saja ada pada diriku dan tidak akan mungkin hilang, namun entahlah ayah belum memastikan kembali tentang semua rencana perpindahan sekolah untukku. Sekarang aku hanya tinggal menunggu untuk beberapa minggu lagi, karena sekarang ujian praktek kenaikan kelaspun aku hadapi , hingga cerita ini pun aku buat untuk memenuhi salah satu tugas dari gururku. Dan semoga saja aku benar-benar bisa pindah dan mengakhiri semua kehidupan yang aku jalani disini. Amiiinn..
******

Mungkin hanya itu pak yang dapat saya ceritakan, untuk kelanjutannya lihat saja nanti pak akhir semester, apakah saya pindah atau tidak, yang jelas sayapun tidak tau akhirnya akan bagaimana. Semua yang saya tulis dengan singkat ini memang benar-benar cerita kehidupan saya yang nyata, saya berterima kasih kepada bapak yang selalu baik kepada saya dan terima kasih juga sudah meminjamkan laptopnya kepada saya untuk menuliskan semua cerita ini. Saya mohon maaf kepada bapak apabila selama ini saya selalu melakukan kesalahan kepada bapak , baik dalam ucapan maupun perbuatan saya. Sekali lagi saya minta maaf  iya pak, semoga bapak bisa memaafkan saya J

Makasih Bapak Ilan Ridwan Mubarok S.Pd J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar